TRANS HAPAKAT – Kepala Balai Taman Nasional Sebangau (TNS) Ruswanto (11/9/2023) mengakui kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Pulang Pisau terus terjadi dan cenderung mengalami peningkatan selama Agustus hingga September ini, bahkan kebakaran juga masuk dalam kawasan Taman Nasional Sebangau (TNS) sepanjang 2023.
Ruswanto mengatakan luasan lahan yang terbakar di Taman Nasional Sebangau selama tahun 2023 sudah mencapai ratusan hektare. Hasil pantaun tim di lapangan diperkirakan sekitar 300 hektare lahan di Taman Nasional Sebangau sudah terbakar.
Dikatakannya, kebakaran hutan di Taman Nasional Sebangau telah berlangsung selama beberapa hari terakhir. Hutan yang terbakar adalah rumah bagi berbagai species yang di lindungi, seperti orang utan, owa, macan dahan, dan berbagai jenis jenis satwa lainya. Kebakaran hutan ancaman yang serius bagi kehancuran habitat terhadap keberlangsungan hidup mereka.
Api yang menjadi penyebab kebakaran pada awalnya terjadi di permukaan pinggir sungai. Namun api cepat merambat ke dalam hutan di karenakan kondisi angin juga menjadi pemicu cepatnya terjadi kebakaran. Material seperti hamparan purun dan tumbuhan rasau yang mudah terbakar.
Dikatakan Ruswanto kebakaran yang terjadi Taman Nasional Sebangau dugaan awal penyebab adalah faktor kesengajaan yang dilakukan olah orang yang tidak bertanggungjawab. Sementara lokasi lahan yang terbakar meliputi areal gambut dangkal antara 1-2 meter, areal penanaman, areal PE mekanisme alam, dan sebagian hutan riperian.
Jenis vegetasi yang terbakar diantaranya adalah belangiran, perupuk, jambu – jambu, pulai, garunggang, tumih, rasau, dan jelutung.
Dijelaskanya bahwa terjadinya karhutla di kawasan TNS jelas sangat merugikan keberadaan satwa di dalamnya. Jika kebakaran hutan terus berlangsung, tentu satwa liar terancam, terutama berbagai satwa dilindungi yang berada di wilayah Taman Nasional Sebangau.
Dirinya menjelaskan terjadinya kebakaran hutan di wilayah TNS berimbas pada flora dan fauna, populasi satwa atau hewan bisa mati terbakar, habitatnya akan hilang. Makanan para satwa juga akan habis, hilangnya flora dan fauna, dan rusaknya ekosistem hutan di wilayah setempat.
Persoalan yang dihadapi jika terjadi kebakaran sulitnya akses menuju titik kebakaran karena jalan yang dilalui adalah gambut, ditambah lagi sulitnya mencari air. Saat musim kemarau sungai dan parit yang ada di sekitar kering dan menyempit.
Lanjut dikatakan Ruswanto untuk mengantisipasi kebakaran hutan semakin meluas pihaknya telah mendirikan posko yang melibatkan personil Brigdalkarhut TN Sebangau sebanyak 20 orang, MPA sebanyak 11 orang, mitra kerja 3 orang dan di bantu dari BPBD Kabupaten Pulang Pisau untuk melakukan pemadaman, (Penulis: HERI WIDODO/ Editor: DUDENK)