Wabah Pandemik, Terorisme Transnasional, Krisis Lingkungan, Peningkatan kemiskinan, merupakan masalah yang perlu sama-sama kita perangi bersama.
Hingga hari ini, Jum’at 1 mei 2020 Kasus positif virus Corona (COVID-19) mencapai angka 10.118 di seluruh Indonesia.
Kenapa kasus virus ini semakin hari semakin meningkat? Hal tersebut tentu karena kurangnya kesadaran masyarakat, ditambah lagi tindakan Pemerintah yang “mungkin” masih kurang.
Bicara tentang kesadaran masyarakat terhadap virus Corona, tentu hal ini berkaitan dengan background dan mindset masing-masing orang. Banyak orang yang beranggapan bahwa virus Corona yang tengah mewabah diseluruh dunia ini hanya secuil masalah yang ada, karena masih banyak hal yang lebih berbahaya dan lebih ganas dibanding virus corona, kita ambil contoh, menurut data Globocan tiap tahun, sebanyak 26.000 warga negara Indonesia (WNI) meninggal karena kanker paru-paru, dikasus lain ditemukan data dari kepolisian, 3 orang meninggal dalam 1 jam karena kecelakaan kendaraan bermotor.
Hal seperti inilah yang menjadi pemicu kebanyakan masyarakat menyepelekan virus corona, dan pemikiran ini tidak sepenuhnya salah, setidaknya mengurangi rasa panik dan ketakutan tentang berita-berita masalah corona yang memberikan tekanan hingga membuat orang depresi, namun menyepelekan satu masalah dengan masalah yang lain tentu akan berdampak negatif.
Penulis kali ini berada ditengah-tengah, pro pemerintah dengan kebijakan,himbauan dan aturannya tentang berdiam dirumah dan membatasi kontak fisik, dan disisi lain juga pro dengan masyarakat, dengan tenangnya, dengan pikiran kritisnya. Mari sama-sama kita pikirkan, masalah yang akan kita sebutkan dibawah ini apakah karena masyarakat mengikuti aturan pemerintah atau karena menyepelekan pemerintah?
Ekonomi lumpuh. ketika semua berdiam di rumah banyak orang yang kehilangan pekerjaannya namun tidak dengan tuntutannya. Biaya hidup,hutang,tagihan dll terus menghantui setiap masing-masing keluarga di Indonesia, tentu masyarakat tidak akan betah lama-lama dirumah.
Toko-toko dan kantor tutup, karyawan jadi pengangguran. karna berdiam dirumah dirasa memberikan efek negatif terhadap keuangan dan pendapatan, banyak yang memutuskan ingin pergi bekerja ke kantor lagi, pergi ke toko lagi, tapi apa? Semua tempat mereka bekerja ditutup,tidak ada kantor yang diizinkan pemerintah beroperasi, begitupula toko-toko yang setiap hari buka karna memiliki banyak karyawan juga dipaksa tutup, lagi-lagi pemberhentian karyawan lah pilihan terakhir.
Penduduk dunia pakai masker, cek temperatur di pintu masuk. Semua orang panik, pasrah dengan keadaan dan sukarela mengikuti semua himbauan serta aturan yang padahal mereka sendiri risih melakukannya.
Fokus manusia berubah total. Karna alasan kesehatan dan keamanan manusia tidak dapat lagi mempertahankan egonya. Tentang pekerjaan, tentang tagihan, yang awalnya menjadi hal yang begitu penting, kini diarahkan semua agar fokus memutus mata rantai penyebaran virus corona,stay dirumah, yang tentu saja melalaikan pekerjaan utama mereka.
Masalah tersebut hanya sebagian, masih banyak masalah lain yang ada ditengah mewabahnya virus ini. Tidak ada yang berani menjawab dengan pasti bahwa yang kita lakukan sekarang merupakan hal yang paling tepat.
Tidak perlu panjang-panjang lagi, yang jelas dengan keadaan yang seperti sekarang ini tentu memberikan keresahan yang luar biasa bagi masyarakat, apakah dengan bodo amat kemudian hidup normal seperti awal, dalam artian melawan arahan pemerintah dan tetap santai karena kita lihat juga rata-rata yang terinfeksi virus corona adalah “para lansia” merupakan hal yang harus dilakukan agar tidak muncul masalah lainnya? Jawabannya tentu tidak, justru dengan kita nekat melawan himbauan pemerintah, itu adalah sesuatu yang sangat menakutkan, kita sedang diposisi tidak ada pilihan lain selain bersabar dan mengikuti semua kebijakan yang ada.
Solusi terbaik adalah mindset kita, mental kita yang harus dikokohkan dan diarahkan kepada hal yang positif, dan kita harus mematuhi peraturan pemerintah untuk tetap diam dirumah, untuk social distancing, untuk menjaga stamina,menjaga pikiran serta menjaga kesehatan kita. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Penulis Artikel: Ahmad Fajar Firdaus (1910211210034) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat