(FOTO ILUSTRASI)

mengatakan:

            Yang saya dengar, saya lupa

            Yang saya lihat, saya ingat

            Yang saya kerjakan, saya pahami

      Konfisius merupakan rahib atau biksu atau guru pada aliran Khong Hu Cu, mengangkat kehidupan dan tatanan moral yang terintegarasi dalam kehidupan individu dan masyarakat. Kemudian saya memunculkan seorang tokoh baru dalam tulisan saya yaitu Genggis Khan, tokoh pendiam yang mampu menaklukan 1/5 bumi. Kita perlu tahu sesuatu Genghis Khan merupakan seorangan anak dari sebuah keluarga yang diasingkan semenjak ayahnya tewas diracuni, keluarganya dianggap menyusahkan suku mereka.

      Jika kemudian Genghis Khan mampu mengubah bangsa yang nomaden, tidak teratur dan suka berkelahi. Maka ada hal yang begitu patut dipahami yaitu mengubah ikatan kesukuan menjadi ikatan profesionalisme. Kemudian setelah saya mengamati, Genghis khan menggunakan konsep regu (seperti komsel), dengan tujuan menghancurkan ego dalam setiap regu. Yang pasti regu tersebut heteregon tanpa ada ikatan darah, terakhir penolakan itu biasa.

   Keduanya saya gabungkan dalam suatu rangkaian proses mengajar, ketika kita mengajar kita merangsang seluruh indera pada peserta didik untuk memberi respon dengan mengerakan seluruh indera kita untuk menghasilkan respon tersebut.  Ketika kita hanya merangsang siswa hanya untuk mendengar (misalnya salah satunya metode ceramah) maka percayalah ketika hal tersebut dilakukan berulang-ulang, siswa akan dipaksa mengingat dan kemungkinan terbesarnya adalah LUPA.

     Demikian halnya ketika kita merangsang siswa dengan melihat, persentasenya hanya 30% saja, namun ketika telah melihat siswa didorong untuk mempertanyakan atau mendiskusikan maka setidaknya peserta didik menjadi ingat.

   Dengan demikian maka jelas perlu bagi seorang guru melaksanakan pembelajaran yang mendorong seluruh indera untuk aktif merespon. Dan menumbuhkan iklim pembelajaran yang Aktif, kreatif, inovatif dan menarik. Karena pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak dia hadir.

   Menjenguk kisah hidup Genghis Khan perlu kita ketahui, lingkungan tempat ia hidup KEJAM, oleh sebab itu ia belajar menjadi lebih kejam dan lingkungannya tersebut merangsangnya dengan keras untuk mengelolah daya pikirnya untuk menghasilkan strategi, teknik untuk menaklukan dunia. Dan 1/5 dunia ada dalam kekuasaannya. Ini menunjukan bahwa ada hubungan resiprokal antara lingkungan, perilaku dan individu.

   Kemudian saya mengkerucutkan hal tersebut dengan pembelajaran di tengah Pandemi Covid 19. Ketika hampir seluruh sekolah menerapkan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), maka akan ada masalah-masalah yang muncul saat kita turun ke lapangan. Masalah yang paling riskan adalah ketidakmampuan membeli gawai/android, masalah kedua yaitu tidak semua daerah memiliki signal untuk mengoperasikan pembelajaran online. Ketiga, siswa atau orang tua tidak memiliki kemampuan untuk mengoperasikan gawai/android tersebut, berikutnya masalah  tidak punya kuota yang sekarang ini sudah dikelola pemerintah dengan amat baik melalui dapodik sekolah dengan melakukan verval nomor hp.

Peserta didik dan guru diberikan kuota untuk mendukung proses pembelajaran.

Sunaryo Kartadinata (1996): Pendidikan adalah proses membawa manusia dari apa adanya kepada bagaimana seharusnya.

       Saya menangkap hal ini  dengan makna seperti ini, manusia disini kepala sekolah, guru dan perserta didik. Ada adanya merupakan bentuk intake dasar dari keadaan manusia tersebut. Bagaimana seharusnya adalah proses yang seharusnya meningkat berdasarkan perkembangan IPTEK dalam perspektif global.

       Sekarang hampir setiap orang punya channel youtube, dalam rumah saya, ada 3 channel youtube, dengan tujuan selain ingin membuat konten juga memperoleh pundi-pundi rupiah. Jika kita melihat PJJ yang kita alami, biasanya peserta didik malas belajar dan mengumpulkan tugas alasannya sederhana, mereka tidak mengerti cara mengerjakan tugas dan alasan berikutnya adalah malas. Perlu kontrol dari kepala sekolah mengenai hal ini, kontrol terhadap guru dalam cara mengajarnya. Kemudian kontrol guru terhadap peserta didik. Tapi perlu dingat perlu juga kontrol orang tua terhadap anak kandung mereka dirumah.

      Sekarang banyak peserta didik yang memiliki gawai namun digunakan untuk bermain game, kemudian pasang status demikian, “booyah”, “triple kill”, atau “chicken dinner”, dan akhirnya yang terjadi adalah adaptasi terhadap game tersebut. Hal ini terjadi karena ketidaktegasan dari ekosistem pendidikan.

       Jika statusnya demikian, alangkah baiknya setiap sekolah menjadikan Youtube sebagai kendaraan dari IPTEK. Dalam arti demikian, dalam sekolah punya jadwal mengajar per kelasnya, jika di SD maka setiap kelas belajar tematik, kemudian ada PJOK, agama, mulok. Jika kelas tinggi (4,5,6) maka matematika berada diluar tematik. Perlu bagi setiap guru secara gotong royong dan saling membantu membuat video pembelajaran setiap hari sama seperti saat mengajar didepan kelas sebelum Covid 19.

       Yang diperlukan disini adalah keinginan untuk beranjak dari kata “apa adanya” menjadi “bagaimana seharusnya”.  Video pembelajaran yang tadi sudah dibuat masukan ke channel youtube sekolah. Buat dengan menarik dengan aplikasi seperti Kinemaster, Filmora, plotagon, dll. Dengan demikian maka sekolah memiliki apa yang disebut Channel Sekolah. Tentu hal ini memerlukan biaya tapi tidak sampai menembus kata sejuta. Keuntungan dari program Channel sekolah adalah mempermudah siswa memahami materi dan membantu guru menjangkau peserta didik.

      Perlu kerja keras untuk tahu bagaimana membuat konten youtube yang aman, dengan cara belajar dari pihak-pihak yang memahami hal tersebut, atau mengikuti kursus. Yang terpenting ialah mengarahkan orang tua, peserta didik dan guru dalam proses berkomunikasi. Sehingga pendidikan tetap berjalan secara kondusif. Jika daring tidak bisa maka dilakukan luring dengan protokol kesehatan yang sesuai anjuran pemerintah. Media Yooutube, WA, telegram merupakan kendaraan bagi pendidikan untuk bergerak maju ditengah Pandemi Covid 19. Memanfaatkan kuota belajar semaksimal mungkin. Karena sekolah yang hebat dan favorit bukan hanya sekolah yang mewah, mahal dan belajar dengan bahasa asingnya. Tapi sekolah yang hebat adalah sekolah yang mau menjawab tantangan dan mau move on dari yang apa adanya menjadi bagaimana seharusnya.

      Membuat Channel Sekolah, menumbuhkan kebiasaan bagi setiap guru membuat konten menarik, inovatif dan berdampak. Siswa dibiasakan melihat pembelajaran dengan menyenangkan, sehingga pembiasaan ini memunculkan pemanfaatan teknologi tepat guna. Ajar siswa untuk merespon pembelajaran dalam Channel Youtube sekolah tersebut. Sehingga dapat dilihat keaktifan siswa dalam diskusi.

     Mari kita bersama penuhi Youtube dengan konten pembelajaran yang menarik, sehingga peserta didik dirangsang merespon dengan baik. Perlu kerja sama dengan stakeholders terkait mensosialisasikan hal ini.

Silberman, Melvin L.(2004).Active Learning-101 Cara Belajar Siswa Aktif. Penerbit Nusamedia dengan Penerbit Nuansa.

Taufiq, Agus.(2017). Materi pokok pendidikan anak di SD;1-12/PDGK4403/4sks/Agus Taufiq, Puji Lestari Prianto, Hera Lestari Mikarsa.Cet.16.Ed I –, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,2017.

Sumaatmadja, Nursid.(206). Materi Pokok Perspektif Global: 1 – 6/PDGK4303/2 sks/Nursid Sumaatmadja, Kuswaya Wihardit, — Tangerang Selatan:Universitas Terbuka, 2016

Ormrod, Jeanne Ellis.(2009). Psikologi Pendidikan:Membantu Siswa dan Berkembang.Penerbit Erlangga.Edisi Keenam

AKAM, LITERASI DAN NUMERASI YANG BERDAMPAK SEMUA MATA PELAJARAN. SURVEY KARAKTER MENCETAK PROFIL YANG PANCASILA. SURVEY LINGKUNGAN BELAJAR

Penulis Artikel : HERLINA VERAWATI, NIP. 198006071011012002