Salah satu penjual atribut dan pernak-pernik merah putih di Jalan Basuki Rachmad Jakarta Timur. (FOTO TRANS HAPAKAT)

Jakarta,  TRANS HAPAKAT –  Pedagang penjual bendera merah putih kembali bermunculan di sekitaran Pasar Jatinegara Jakarta Timur. Fenomena seperti ini terjadi setiap tahunnya dimana para pedagang dadakan ngalap berkah dengan menjual atribut berbau merah putih menjelang datangnya bulan Agustus yang menjadi bulan lahirnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tidak sedikit dari pedagang banyak yang berharap bisa meraup keuntungan melimpah dari hasil berjualan artribut merah putih. Salah satunya Riski, pria berusia 19 tahun asal Tegal Jawa Tengah, ia mencoba berjualan meskipun harus mengambil upah dari menjual barang dagangan milik orang lain.

Riski menjelaskan, berjualan bendera merah putih baru yang pertama kali dilakukannya dan harus ikut dengan pria yang kerap dipanggilnya Bos. Setiap hari berjualan, dirinya mendapat upah Rp100 ribu yang dinilai cukup lumayan untuk kehidupan sehari-hari.

Dirinya tidak menampik, apabila dagangan laris dan terjual habis ada bonus yang didapat dari hasil berjualan dari Bos. Menurutnya, momen seperti bisa dimanfaatin buat mencari rejeki, meski harus ikut orang, apalagi selama masa pandemi COVID-19 dua tahun sebelumnya hampir semua para pedagang yang berjualan bendera merah putih juga ikut merasakan dampaknya. Akibat wabah yang ikut mempengaruhi perekonomian masyarakat ini, para pedagang sepi pembeli.

Riski  mengatakan, ada beberapa jenis bendera yang dijual. Mulai dari ukuran terkecil sampai yang terbesar. Untuk harganya juga relatif murah, yaitu sekisaran Rp5 ribu sampai Rp20 ribu tergantung bentuk dan motifnya.

Lanjut terang Riski, biasanya di tanggal 25 Juli para pedang mulai muncul dan ramai menggelar lapak di beberapa tampat, dikarenakan diawal bulan Agustus sudah banyak masyarakat yang membeli bendera dan atribut merah putih lainnya untuk dipasang.

Untuk ramai tidaknya pembeli, terang Riski,  tergantung dari harga bendera yang dijual. Kebanyakan dari masyarakat menginginkan harga yang lebih murah. Ia tidak menampik jika ada pembeli yang menawar, padahal harga yang dijual sudah sangat relatif lebih murah dan sesuai dengan harga pasaran.

Selain itu yang menjadi kekhawatiran pedagang adalah berjualan dengan memanfaatkan trotoar jalanan. Menurutnya, kerap terjadi penggusuran apabila ada pihak keamanan seperti Polisi Pamong Praja (Pol PP) menertibkan lingkungan sekitar yang ditempati pedagang.

Riski mengatakan, berjualan diatas trotoar ditempat pejalan kaki sangat beresiko jika ada Satpol PP, tidak jarang para pedagang diusir. Ia berharap, menjelang peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini banyak para pembeli yang datang, sehingga dagangan bisa laris terjual dan hari kemerdekaan sekarang bisa lebih meriah dibanding dari tahun sebelumnya. (Penulis: ARIEF SUSENO/ Editor: DUDENK)