(FOTO ILUSTRASI)

Desa Blanti di Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau merupakan salah satu desa yang masuk dalam kawasan pengembangan program food estate. Bukan saja mengalami kemajuan dalam infrastrutur yang ditunjang dengan peralatan pertanian modern, tetapi desa ini ternyata juga menyimpan mitos dan cerita mistis yang diyakini oleh petani setempat secara turun temurun.

Hama tikus merupakan musuh bagi para petani, begitu juga bagi para petani. Namun, percaya atau tidak, konon apabila terjadi serangan hama tikus yang cukup besar, petani di Desa Blanti meyakini ada semacam sosok makhluk astral yang melindungi dibelakang serangan hama tikus tersebut.

Kasi Pemerintahan Desa Blanti Siam Sukardi juga membenarkan cerita mistis dan mitos yang masih diyakini oleh masyarakat desa setempat secara turun-temurun itu. Pada saat hama tikus menyerang, seperti ada sosok makhluk astral dibelakang sebagai raja yang memerintah atau menggembala para tikus untuk menyerang tanaman padi milik petani. Alhasil, apabila serangan terjadi, tikus-tikus seperti berpesta memakan tamanan padi milik petani bisa habis tidak tersisa.

Percaya atau tidak, terang Sukardi, ada masyarakat yang pernah melihat sosok makhluk astral yang disebut-sebut berada dibelakang serangan tikus kepada tanaman padi milik petani, seperti yang dialami petani bernama Eko. Sosok makhluk itu digambarkan memiliki perawakan tinggi besar melebihi alat berat excavator, sehingga siapapun yang melihat pasti mendongak keatas dan hanya bisa melihat bagian selangkangannya saja.

Petani tersebut berencana hendak meracun tikus yang sudah menyerang tanaman padi miliknya yang kebiasaan petani setempat dilakukan pada malam hari menjelang subuh. Sosok makhluk astral tinggi besar tersebut menemui  petani itu saat hendak mencampur larutan racun, dan membuat petani itu lari ketakutan dan membatalkan niat untuk meracun tikus-tikus.

Sosok makhluk astral, biasanya menemui petani secara perorangan yang ingin membunuh atau menyakiti tikus-tikus itu. Kebiasaan para petani setempat, apabila ingin meracun pasti dilakukan secara serentak dan bersama-sama agar tidak diganggu dengan kemunculan makhluk astral yang diyakini petani sebagai pelindung dari para tikus itu.

Menurut Sukardi, para petani juga mengaku heran dengan kedatangan para tikus “tamu” tersebut. Pernah, petani yang tanaman padi diserang hama tikus ini mencari lubang-lubang yang menjadi tempat tinggal tikus-tikus tersebut. Namun, lubang-lubang persembunyian tikus tidak bisa ditemukan, sehingga para petani setempat sudah bisa membedakan mana serangan tikus “tamu” dan mana serangan tikus lokal.

Serangan tikus ini tidak terjadi setiap saat, hanya terjadi sewaktu-waktu dan biasanya terjadi satu bulan menjelang panen. Untuk menghindari serangan tikus “tamu” ini tradisi masyarakat setempat dengan menggelar bersih desa sebagai wujud ucapan rasa syukur atas keberhasilan para petani menghadapi musim panen. Namun di masa pandemi COVID-19 ini, terang Sukardi, berbagai acara dengan mengumpulkan banyak orang tidak bisa dilakukan.

Cerita dan mitos ini, dikatakan Sukardi, hanya disampaikan dari mulut ke telinga warga di desa setempat saja. Terlebih saat ini derasnya kemajuan infrastruktur dan teknologi membuat cerita ini hanya sebagai dongeng. Namun bagi petani di desa daerah setempat, masih ada yang meyakini bahwa sosok makhluk astral sebagai raja dan pengendali dari para tikus ini tetap ada, tetapi tidak menjadi sebuah ancaman kepada petani di Desa Blanti Siam. (Penulis/Editor: DUDENK)