Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Pulang Pisau, Edvin Mandala. (FOTO TRANS HAPAKAT)

TRANS HAPAKAT – Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Pulang Pisau Edvin Mandala (27/6/2020) mengatakan bahwa pihaknya mendukung program ketahanan pangan nasional melalui program Food Estate yang dicanangkan oleh pemerintah pusat di wilayah provinsi Kalimantan Tengah. Namun, catatan penting yang diberikannya salah satunya adalah soal keterlibatan masyarakat adat dalam program tersebut.

Meski masih belum terangkat kepermukaan, lanjut Edvin, program optimalisasi lahan pertanian ini ternyata dibarengi agenda lain, seperti adanya program transmigrasi yang direncanakan mulai dilaksanakan Tahun 2021 mendatang yang dipersiapkan oleh Direktorat Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Pemukiman Transmigrasi (PKP2 Trans) yang saat ini tengah melakukan penjajakan data dari Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas.

Program Food Estate ini, kata Edvin Mandala, tujuannya adalah untuk  ikut mensejahterakan masyarakat lokal terlebih dahulu. Jangan sampaiprogram ini justru memperuncing masalah antara masyarakat adat dengan pendatang

Menurut Edvin Mandala, sampai hari ini masih terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat lokal dan warga transmigrasi. Masih banyak warga lokal yang miskin dan berada di lingkungan yang minim fasilitas, belum tersedia pasokan listrik, infrastruktur jalan yang perlu peningkatan, tanah belum bersertifikat dan permasalahan lain sebagainya.

Malahan, lanjut Edvin Mandala, masih ada warga desa yang berada di kawasan hutan lindung untuk bertahan hidup dengan berladang. Sementara aturan membakar lahan untuk berladang saat ini masih menjadi persoalan hidup warga lokal karena belum ada aturan yang jelas.

Ia berharap dari program nasional ini harus juga mempertimbangkan azas manfaat bagi warga lokal dan masyarakat adat. Jangan menimbulkan kesan bahwa Kabupaten Pulang Pisau hanya sekedar menjadi tempat lokasi saja, tapi secara manfaat warga lokal tidak merasakan dampaknya.

Edvin Madala mengaku dirinya tidak anti dengan program transmigrasi, namun jika bicara sumber daya manusianya, Kalimantan Tengah  juga sudah cukup memadai. Lulusan sarjana pertanian dan SMK Pertanian di Kalteng sudah cukup banyak, seharusnya lulusan ini juga diberdayakan untuk berkarya, jangan sampai masyarakat lokal hanya jadi penonton di negeri sendiri, apabila program tersebut tidak diiringi dengan kebijakan yang juga mengangkat kesejahteraan masyarakat adat setempat.

Ditegaskannya, jangan ada persepsi masyarakat lokal tidak mampu bersawah. Dahulu, contohnya di Basarang pernah menjadi lumbung padi dengan sumber daya masyarakat lokal yang masih menggunakan teknik pertanian manual. Sekarang ini, sarana dan  prasarana pertanian sudah serba mekanisasi atau modern dengan menggunakan teknologi karena efektif dan menguntungkan. Banyak masyarakat lokal yang juga tertarik untuk ikut serta program yang bertujuan mengangkat kesejateraan ekonomi ini.

Edvin Mandala yakin masyarakat lokal mampu asalkan diberi kesempatan. Ditanya soal sikap DAD secara resmi, dirinya mengatakan berbagai masukan dari masyarakat setempat kepada pemerintah ini selanjutnya dibawa ke dalam rapat koordinator (Rakor) DAD dan Damang se-Kalteng untuk dibahas bersama. (Penulis: MUHAMMAD FIKRI/ Editor: DUDENK)