Budidaya belut yang dikembangkan Desa Mekar Jaya Kecamatan Sebangau Kuala. (FOTO TRANS HAPAKAT)

TRANS HAPAKAT – Kepala Desa  Desa Mekar Jaya Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau Mulyo Adi Sutrisno (6/6/2021) mengatakan budidaya belut yang dikembangkan melalui kelompok swakelola masyarakat di Desa Mekar Jaya masih baru pertama kali yang diharapkan memiliki nilai ekomoni cukup tinggi untuk membantu pemulihan ekonomi masyarakat setempat.

Dikatakan Sutrisno, inovasi melalui budidaya ikan belut di desanya berawal dari tawaran program dari Badan Restorsi Gambut ( BRG) yang bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalimantan Tengah dalam program revitalisasi ekonomi masyarakat melalui budidaya belut, holtikultura dan tanaman buah-buahan.

Selain masih langka, terang Sutrisno, dipilihnya budidaya belut karena lebih mudah dan sangat berpontesi untuk di kembangkan di desanya sehingga diharapkan bisa memberikan manfaat bagi warga, apalagi di masa sulit di tengah pandemi Covid-19.

Menyoal kendala yang dihadapi, papar Sutrisno, budidaya belut yang dikembangkan adalah yang merupakan yang pertama kali, sehingga masih diperlukan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan perlu adanya pendampingan secara tuntas dari pihak terkait dibidangnya. Pendampingan ini tentunya bermanfaat bagi kelompok tani untuk mendapatkan bimbingan dan ilmu pengetahuan tentang budidaya belut secara  benar.

Sutrisno mengakui, bahwa panen perdana budidaya belut sebanyak 30 kolam masih belum maksimal.  Dengan hasil ini kedepanya, kelompok terus berupaya melakukan kajian dan memaksimalkan peningkatan SDM berkelanjutan untuk menuai hasil yang lebih baik lagi.

Terkait dengan pemasaran hasil budidaya belut, terang Sutrisno, sebelumnya telah melakukan kesepakatan dengan kemitraan untuk menampung dan membeli hasil panan belut. Melalui budidaya belut ini bisa menambah penghasilan dan bermanfaat bagi kelompok dan warga setempat.

Ketua Kelompok Hapakat Mulyo Desa Mekar Jaya Kecamatan Sebangau Kuala Sajak Saputra (6/6/2021) menjelaskan budidaya belut yang pertama kali dilakukan kolompok tani Hapakat Mulyo yang dipimpinnya masih perlu mendapatkan  pendampingan yang lebih baik. Selain itu juga dirinya bersama anggota kelompok tetap terus belajar mendalami tentang budidaya belut.

Dikatakan, Sajak ada sebanyak 160 kilogram bibit belut jenis belut sawah yang didatangkan dari Kalimantan Selatan. Namun kondisi air di wilayah setempat dengan tingkat keasaman selalu berubah mengakibatkan bibit belut sebagian ada yang mati. Dalam proses pemeliharaan diakuinya masih banyak menemukan kendala sehingga panan perdana ini  masih belum maksimal.

Sajak mengaku optimis pengembangan budidaya belut yang dikelola kelompok tani bisa lebih baik lagi.  Kendala yang dialami sekarang menjadikan pengalaman dan pembelajaran serta dijadikan sebagai motivasi selanjutnya dalam budidaya belut agar bisa berhasil. (Penulis: HERI WIDODO/ Editor: DUDENK)