Jakarta, TRANS HAPAKAT – Kehidupan di kota besar ternyata tidak meluluh identik berbelanja dengan barang-barang serba baru. Keberadaan pasar loak Jembatan Item (Jetem) yang ada di bilangan Jalan Jatinegara II Jakarta Timur merupakan salah satu tempat alternatif berbelanja yang hingga saat ini masih menjadi pilihan masyarakat dari berbagai kalangan untuk mencari barang bekas yang masih layak dipakai.
Banyak ragam jenis barang yang ditawarkan. Mulai dari barang antik, baju, celana, sepatu, perabotan rumah tangga, dan masih banak yang lain. Hampir setiap harinya pasar ini tidak pernah lepas dari ramainya para pengunjung yang datang, selain untuk berbelanja ada juga yang hanya berjalan-jalan sekedar melihat suasana di pasar barang bekas tersebut.
Ahmad Midun pria berusia 32 tahun asal Cirebon Jawa Barat kepada www.transhapakat.web.id mengatakan bahwa keberadaan Pasar Jetem ini sangat menarik perhatian, berbeda dengan pasar loak lainnya yang ada di Jakarta. Untuk harga barang-barangnya relatif lebih murah, tergantung dari kualitas barangnya.
Ia menjelaskan, keramaian pasar ini tidak pernah berkurang dari peminat, dari pagi sampai sore hari selalu dipenuhi orang yang ingin berbelanja. Mulai dari masyarakat kalangan bawah sampai atas, sebagian dari mereka tidak ada rasa gengsi untuk berbelanja barang bekas. Bahkan, ada hal yang lebih menarik, seperti pedagang yang berjualan terkesan bisa menghibur para pembeli.
Menurut Ahmad Midun, apabila ada barang yang dibutuhkan, biasanya lebih keseringan datang ke tempat ini. Meskipun barang yang dicari tidak bisa didapat, namun itu hal yang biasa. Adakala berbelanja barang bekas bisa mendapatkan barang yang berkualitas kadangpun tidak.
Surahman pria berusia 62 tahun salah satu penjual kaset bekas mengungkapkan, berjualan di pasar ini lumayan cukup lama sekitar tahun sembilan puluhan. Pastinya suasana pasar ini telah mengalami perubahan dari sebelumnya, seperti bertambahnya jumlah pengunjung dan para pedagang berjualan hingga menempati trotoar jalan.
Ia mengatakan, sejauh ini pemerintah setempat juga telah memberikan ruang para pedagang untuk berjualan sehingga sangat membantu. Walaupun, sebagian tempat yang tersedia, pedagang harus membayar uang sewa lapak dan uang kebersihan.
Surahman tidak menampik, masih ada para pedagang yang berjualan secara liar hingga memadati trotoar jalan. Akibatnya, kerap dilakukan penertiban dari pihak Polisi Pamong Praja (Pol PP) yang datang menertibkan lingkungan sekitar.
Surahman mengungkapkan, pesatnya kemajuan teknologi yang telah berkembang tidak ada berpengaruh untuk berjualan kaset bekas. Setidaknya hasil penjualan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ada beberapa jenis kaset yang ia dijual, seperti kaset pita, Compact Disk, Laser Disk, dan piringan hitam yang semuanya original tidak ada bajakan.
Hampir semua kaset yang dijual dari lagu dan film mulai dari tahun tujuh puluhan sampai tahun dua ribuan. Harganya relatif, untuk kaset pita dijual seharga Rp15 ribu sampai Rp50 ribu. Sedangkan piringan hitam mencapai Rp100 ribu bahkan lebih. Surahman berharap, meskipun terlihat sedikit kuno atau jadul para peminat masih tetap bertahan, sehingga pecinta lagu-lagu Indonesia masih tetap lestari. (Penulis: ARIEF SUSENO/ Editor: DUDENK)