
Melati Yusuf (37) asal Kelurahan Sungai Besar Kecamatan Banjarbaru Selatan Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan menjadi salah satu pengusaha yang berkembang dengan modal awal yang tidak terlalu besar. Ibu rumah tangga ini memiliki inovatif dan kreatifitas mengolah anyaman tas purun menjadi kreativitas yang unik dan menjadi peluang usaha.
Berawal dari keahliannya melukis yang dimilikinya sejak masa kuliah dengan melihat kebutuhan pasar, dirinya mencoba membuat lukisan diatas anyaman tas rajut yang terbuat dari bahan purun.
Melati Yusuf menceritakan, bahwa di tahun 2020 yang lalu, berawal dari ada teman yang meminta dibuatkan lukisan di tas anyaman purun. Sebelumnya, memang belum pernah mencoba melukis di media tas purun, dan ternyata hasilnya lucu dan unik.
Dari situlah, dirinya mulai mencari para pengrajin tas yang bisa diajak kerja sama buat produksi tas-tas untuk ditambahkan dengan kreasi lukisan. Untuk kerjasama secara langsung memang tidak, dalam arti dirinya hanya memesan dan membeli tas anyaman tersebut dari para pengrajin yang ada dan secara tidak langsung bisa membantu usaha mereka.
Melati Yusuf mengungkapkan di daerah Banjarbaru merupakan sentral pengrajin tas anyaman purun. Hanya disayangkan untuk saat ini masih belum terangkat dan dikenal luas oleh masyarakat. Mantan Walikota Banjarbaru sebelumnya menjadikan daerah di Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru menjadi Kampung Purun dengan tujuan bisa dijadikan tempat Destinasi Wisata kampung Purun. Selain itu, kampung tersebut memiliki banyak kelompok pengerajin purun.
Melihat peluang usaha ini, Melati Yusuf, dirinya juga membantu pengerajin purun dengan finishing melalui desain lukis di atas tas itu, sehingga kedua pihak mendapat keuntungan dari inovasi dan kreativitas yang dibangun bersama.
Menurut Melati Yusuf, pengerajin purun membuat desain dengan model yang baru sesuai dari permintaannya agar para generasi muda khususnya bisa tertarik dan kerajinan purun tidak kalah bersaing dengan produk tas-tas lain.
Sebelumnya ditempat pengrajin purun itu, terang Melati Yusuf, untuk pemesanan hanya beberapa model saja dan produknya sebatas kemampuan mereka dikarenakan kurangnya pelatihan. Dua tahun yang lalu masih sepi dan pesanan hanya terbatas.
Daerah yang sudah diangkat oleh pemerintah setempat ini sudah banyak yang mengenal dan juga banyak kreasi-kreasi dari tas itu. Setelah banyaknya pesanan, para pengerajin purun sudah ada perkembangan, dari mulai produksi hingga sampai finishingnya.
Ia menjelaskan untuk nama produk tas lukis ini diberinama Kaktus Art Space dan memasarkannya menggunakan media sosial sebagai sarana penjualan. Untuk awalnyam hanya beberapa tas saja, tetapi seiring berjalannya waktu permintaan pasar mulai meningkat dan penjualan kini sudah sampai keluar daerah seperti ke Pulau Jawa dan Sulawesi.
Untuk proses pembuatannya, sambung Melati Yusuf, masih dilakukan dengan cara manual yaitu dengan membuat sketsa terlebih dahulu. Setelah itu, baru dibuat gambar lukisannya. Gambar desainnya juga bisa dari permintaan pemesan. Namun dalam pengerjaannya itu harus bisa minimalisir kesalahan karena berbeda dengan melukis di kain kanvas, apabila salah tidak bisa dihapus.
Proses pembuatannya dikerjakan satu minggu proses pembuatan karena butuh di keringkan dan finishing. Satu hari bisa menghasilkan sampai lima tas. Jika tas lukis purun dipesan berukuran besar, dalam satu hari hanya bisa menghasilkan 2-3 tas.
Melati Yusuf mengungkapkan, untuk penghasilan yang didapat cukup lumayan. Hal tersebut tergantung dari permintaan pemesan. Harga tas yang dibandrol antara Rp175 ribu sampai Rp250 ribu untuk harga tas yang sudah jadi yang sudah berbentuk dalam lukisan. Untuk bahan dari pengerajin purun Rp60ribu sampai Rp100 ribu.
Selain itu juga ia berharap dengan adanya tas purun tersebut bisa mengenalkan ayaman purun lokal kepada masyarakat luas. Banjarbaru harus bangga mempunyai pengerajin tas purun ini. Jika dilihat Bali sudah banyak, dan di Bali, kata Melati Yusuf, dari kita sini untuk bahan baku tas itu.
Semoga tas purun ini, lanjutnya, bisa menjadi trend mark kota Banjarbaru, sehingga bisa dikenal banyak orang dan diterima di semua kalangan. Selain itu juga banyak anak muda khususnya yang mau memakainya.
Ia juga berencana mengadakan workshop untuk para generasi muda yang ingin belajar melukis dari mulai pembuatan sampai siap jual. Namun, karena Pandemi COVID-19 belum benar-benar berakhir, keinginan itu masih belum bisa dilakukan.
Dirinya mengakui sebenarnya kerajinan tas lukis purun banyak yang berminat. Pihaknya juga melakukan kerjasama dengan Yayasan Perupa Kalimantan yang membantu untuk penjualan dan kreativitas tas purun lukis. Cuma untuk kendalanya yang melukis baru saya sendiri, jadi belum bisa menghasilkan produksi yang banyak dan secara sekaligus. Dengan adanya tujuan workshop itu produksinya bisa lebih banyak. (Penulis: ARIEF SUSENO/ Editor: DUDENK)