Musim buah durian di sejumlah daerah Kalimantan Tengah telah tiba. Tidak terkecuali di Kabupaten Pulang Pisau. Senyum sumringah nampak terlihat menghiasi wajah pemilik pohon durian karena penen kali ini membukakan pintu rezeki sampai ke anak cucu dan bisa meraup hasil hingga jutaan rupiah.
Pagi itu, penulis mencoba berada ditengah hamparan kebun hanya seluas 5.000 M2 di Desa Anjir Pulang Pisau Kecamatan Kahayan Hilir. Sejumlah bangunan pondok tidak permanen yang biasa disebut Pasah bagi masyarakat suku Dayak berdiri saat musim durian tiba.
Rebayati nenek berusia 58 tahun asal Desa Anjir Kecamatan Kahayan Hilir mendiami salah satu Pasah beratap daun rumbia bersama sang suami sebagai tempat singgah sementara selama musim panen durian berlangsung.
Cara tersebut harus mereka lakukan karena proses panen buah durian dilakukan dengan cara menunggu buah jatuh dari pohonnya begitu juga para pemilik pohon durian lainnya. Penantian ini dirasa cukup panjang karena dalam proses mendapatkan buah durian hanya dilakukan dalam waktu satu tahun sekali, bahkan tidak semua pohon durian berbuah dan memberikan hasil.
Nenek dari enam cucu ini menceritakan, suasana disaat masa panen durian adalah kesempatan berharga untuknya karena bisa berkumpul bersama anak dan cucu sambil menunggu buah durian jatuh. Selain mendapatkan hasil jual buah durian, sesekali Rebayati beserta anak dan cucunya bisa mencicipi lembutnya daging buah durian miliknya dari salah satu pohon yang usianya diperkirakan mencapai lebih 100 tahun.
Sambil berkumpul bersama disuasana remangnya lampu di dalam Pasah, dirinya mengungkapkan bahwa sekarang ini pohon durian yang usianya bisa mencapai ratusan tahun sudah cukup jarang, apalagi yang masih tumbuh di daerah dekat perkotaan.
Pertumbuhan kota Pulang Pisau semakin maju, namun untuk menjaga keberadaan pohon durian harus tetap dipertahankan agar bisa dinikmati oleh anak cucu. Apalagi godaan untuk menjual lahan bisa terjadi setiap saat yang menawarkan membeli tanah-tanah untuk dibangun perumahan dan kepentingan lainnya.
Ketika musim buah durian tiba, masa inilah yang dinantikan oleh para pemilik pohon durian. Selain mendirikan Pasah untuk pondok sementara, juga waktunya untuk membersihkan kebun. Untuk penjualannya sendiri, pemilik pohon tidak merasa kesulitan karena biasanya para pengepul dua kali dalam satu hari langsung datang untuk membeli buah durian dari para pemilik pohon.
Musim durian juga menjadi waktu berkumpul bersama keluarga untuk menikmati hasilnya bersama anak cucu. Selain itu, buah durian juga menjadi sumber pendapatan hingga bisa meraup hasil jutaan rupiah. Harga yang dijualnya tergantung besar kecil durian yang jatuh dari pohon, mulai harga Rp15 ribu Rp40 ribu.
Menurut Rebayati, bahwa musim durian merupakan rezeki yang melimpah karena bisa berbagi bersama anak cucu dari hasil jual durian dan juga rezeki bagi para pengepul. Pastinya suasana seperti ini harus tetap dipertahankan agar durian yang dikelola secara tradisional tidak terjadi kepunahan untuk generasi mendatang.
Keunikan tersendiri untuk menikmati buah durian ada di Pulang Pisau. Dimana buah durian memang merupakan buah yang jatuh dari pohonnya sehingga memiliki citra rasa yang khas dan enak. Bukan buah hasil peraman atau disimpan, karena bagi masyarakat setempat buah yang terbaiklah untuk dijual sehingga tidak jarang banyak penikmat yang memesan langsung untuk mendapatkan buah durian yang fresh jatuh ketika masak dari pohon.
Biasa pengepul menjual kembali buah durian yang dibeli langsung dari pemilik pohon untuk dijual ditepian Jalan Trans Kalimantan agar para pengendara bisa singgah dan merasakan nikmatnya buah durian dari Pulang Pisau.
Rebayati berharap untuk hasil buah durian di musim selanjutnya bisa mendapatkan hasil dari sekarang ini. Cuaca panas yang telah memasuki musim kemarau sangat berdampak terhadap hasil buah durian, jika panen durian seimbang dengan musim penghujan maka tingkat kesuburan pohon bisa semakin maksimal dan bisa menghasilkan lebih dari 400 buah.
Ia menceritakan pohon durian yang dimilikinya telah memasuki generasi ketiga. Ada beberapa jenis pohon durian yang juga memiliki rasa yang berbeda seperti durian Payung, Bajang, Otak Udang, dan jenis lokal lainnya yang dinamai sesuai dengan karakter pohon dan buah dan rasanya tidak kalah bersaing dengan durian dari daerah lainnya.
Selain di Desa Anjir Pulang Pisau, musim durian juga dirasakan desa desa lain seperti Desa Mintin, Buntoi, Desa Gohong dan Kelurahan Bereng. Rata-rata pohon durian merupakan warisan dari generasi sebelumnya yang dirawat turun temurun.
Nenek pensiunan guru ini memiliki cara lain dalam mengisi hari tuanya seperti berkebun karet dan beternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain menunggu masa panen durian, Ia juga terus menanam sejumlah pohon durian yang baru agar nantinya bisa dinikmati oleh anak dan cucu.
Penulis sendiri sangat menikmati dan melihat dari dekat kehidupan pemilik pohon durian saat musim durian tiba. Bagi masyarakat yang ingin menikmati sensasi makan buah durian langsung dari pohon dan mencari suasana yang tenang dikeheningan malam jauh dari kesumpekan kota, bisa langsung menghubungi para pemilik pohon durian, hanya dengan biaya yang relatif terjangkau. Jangan lupa singgah dan makan buah durian asli dari Pulang Pisau Ya Sahabat Transhapakat! (Penulis: ARIEF SUSENO/ Editor: DUDENK)