Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia Siti Nurbaya Bakar saat mengunjungi hutan Desa Tuwung Kecamatan Kahayan Tengah. (FOTO DISKOMINFOSTANDI PULANG PISAU)

TRANS HAPAKAT – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia Siti Nurbaya Bakar (24/1/2024) mengungkapkan bahwa tingginya deforestasi di Indonesia perlu dilakukan kajian dan ditelaah secara bersama-sama yang dikatakannya saat kunjungan kerja ke Desa Tuwung, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

Menurut Siti Nurbaya, untuk mengetahui deforestasi dengan menggunakan Global Forest Watch (GFW) bahwa setiap pohon jatuh dianggap deforestasi yang dipuja-puja itu metodologinya masih perlu dilakukan kajian. Cara pengambilan data menggunakan teknologi mutakhir tersebut sebelumnya juga telah diikuti sejak 2017.

Siti Nurbaya mengatakan, dari deforestasi jutaan hektare yang dicatat oleh Global Forest Watch tidak bisa menghasilkan data maksimal. Upaya menggunakan satelit berbasis engine ini juga tidak bisa menangkap secara jelas sehingga warna hijau menjadi gelap dan kasar untuk diinterpretasikan sebagai hutan.

Lanjut dijelaskannya, dari apa yang terlihat dalam satelit ternyata bukan hutan melainkan perkebunan pisang. Akibatnya semua menjadi salah interpretasi sehingga perlu dilakukan pengecekan ulang kembali ke lapangan.

Lanjut Siti Nurbaya, terjadinya deforestasi di negeri ini yang dianggap mencapai jutaan hektar masih belum sesuai dan faktanya harus dikaji ulang. Semua itu harus dilihat dahulu sistem penilaiannya seperti apa. Pertanyaan jika rumah-rumah transmigrasi yang mencapai 3-4 hektare pepohonannya milik dia apakah itu menjadi deforestasi.

Ia menambahkan, dari tahun 2017 lalu pembahasan ini seakan tidak ada habisnya dan selalu heboh dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia dan itu selalu tergantung Internasional.

Disisi lainnya, Siti Nurbaya mengungkapkan bahwa kerjasama sosial bersama forest US Forest Service merupakan langkah yang paling tepat. Dipilihnya Kalimantan Tengah dalam kunjungan bersama ini dikarenakan provinsi ini salah satu yang memiliki Sumber Daya Alam (SDM) melimpah, begitu pula dinilai berhasil dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang bisa cepat teratasi.

Menurut Siti Nurbaya, ada hal yang perlu diingat bahwa dalam sistem kehutanan kita belajar dari Amerika Serikat. Berkaca dari hal itu, bisa sebagai dorongan karena bagi mereka selalu mengibaratkan bahwa ranting tidak boleh patah nyamuk tidak boleh mati, begitu ketatnya pengaturan yang diterapkan tentang akses hutan.

Perlu diketahui juga, dalam penanganan kabut asap untuk saat ini sudah cukup tanggap. Jika melihat pada September hingga November 2015 silam kabut asap sempat terjadi disejumlah daerah seperti di Sumatera, Kalimantan, dan hingga mendapat kecaman internasional yang sangat dahsyat.

Siti Nurbaya mengapresiasi, dalam penanganan kebakaran hutan yang ada di Kalimantan Tengah khususnya di Kabupaten Pulang Pisau bisa teratasi dengan baik. Semua itu merupakan keseriusan kita bersama mulai dari pemerintah pusat hingga kabupaten dan masyarakat yang terlibat untuk mengatasi kesulitan tersebut dan semuanya sudah berhasil. (Penulis: ARIEF SUSENO/ Editor: DUDENK)