TRANS HAPAKAT – Ali Sadikin, salah satu pembudidaya madu kelulut di Desa Banama Tingang Kecamatan Banama Tingang Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah mengungkapkan kemarau panjang saat ini bukan menjadi sebuah penghalang dalam aktivitas budidaya, dengan kondisi cuaca panas ini juga tidak disia-siakannya untuk melakukan pengembangbiakan lebah agar lebih produktif.
Ali Sadikin menceritakan, membudidaya madu kelulut ini telah ditekuninya sejak 2019 silam. Pembudidayaan ini selain dilakukan dengan cara mandiri, juga ada yang dikelola bersama Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) di desa setempat yang memanfaatkan hutan desa.
Dia menilai, sepanjang tahun selama proses pembudidaya madu faktor cuaca tidak menjadi ancaman, bahkan untuk tidak sedikit lebah-lebah dapat menghasilkan madu. Semua ini dikarenakan habitat lebah untuk mendapatkan makan masih tercukupi. Bagi pembudidaya ini merupakan keuntungan, apalagi jika masuk musim penghujan area tempat budidaya lebah juga aman dari banjir.
Dalam membudidaya madu kelulut, lanjut Ali Sadikin, proses pengembangbiakannya juga berbeda dengan budidaya madu hutan. Untuk pengelolaan kelulut ini harus disediakan tempat khusus dengan menggunakan sebuah kotak terbuat dari papan dengan tujuannya agar lebih mudah saat melakukan panen madu. Sementara untuk madu hutan hanya dibiarkan secara alami di setiap pepohonan.
Ali Sadikin mengungkapkan, dari awal mula budidaya ini hanya ada 24 kotak madu. Untuk saat ini sudah bisa mencapai lebih dari 100 kotak madu. Semuanya sudah terisi, dan hanya tinggal menunggu waktu untuk melakukan panen selanjutnya. Panen pertama di tahun ini hasilnya yang cukup memuaskan yaitu menghasilkan sebanyak 25 liter madu.
Menurut Ali Sadikin, penen sebelumnya tentu memiliki nilai harga jual yang cukup besar jika madu-madu yang dihasilkan bisa habis terjual semuanya. Biasanya harga jual madu kelulut untuk 100 mililiter setiap botolnya mencapai Rp40.000.
Ali Sadikin tidak menampik, diakhir-akhir ini dalam usaha membudidaya madu kelulut terkendala di pemasaran atau penjualan saja. Kondisi ini berbanding terbalik di saat masa Covid-19 yang bisa menghasilkan penjualan sebanyak Rp400.000 setiap harinya karena orang yang membeli membutuhkan madu untuk dikonsumsi.
Dirinya mengatakan, untuk sekarang ini madu kelulut yang ada hanya bisa terjual sebagian saja. Sulitnya melakukan pemasaran dan penjualan ini juga dirasakan oleh para pembudidaya madu lainnya.
Ali Sadikin berharap, untuk kedepannya para pembeli madu bisa semakin lebih ramai lagi. Selain itu juga ada perhatian dari pemerintah daerah setempat sehingga madu-madu asli dari Kabupaten Pulang Pisau khususnya dalam menciptakan produk lokal agar bisa memiliki pasar yang luas. (Penulis: ARIEF SUSENO/ Editor: DUDENK)