Tanaman holtikultura mengalami penurunan harga jual, salah satunya akibat menurunnya daya beli masyarakat akibat dampak pandemi COVID-19. (FOTO WIDODO/ TRANS HAPAKAT)

TRANS HAPAKAT – Pandemi COVID-19 yang tidak jelas kapan berakhir dan kondisi cuaca yang tidak menentu turut berdampak terhadap kehidupan para petani holtikultura atau sayuran dikarenakan harga jual hasil sayur mayur merosot tajam. Bahkan sayuran yang semestinya sudah memasuki waktu panen, akhirnya di biarkan sehingga membuat petani sayuran merugi.

Darmin (54) salah satu petani holtikultura Desa Anjir Pulang Pisau Kecamatan Kahayan Hilir mengaku hampir semua harga jenis sayuran anjlok. Penurunan harga jual ini diperkirakan akibat daya beli masyarakat yang mengalami penurunan sejak adanya pandemi COVID-19.

Dikatakannya, sekarang ini harga sayuran turun 50 persen dari harga sebelumnya. Seperti tomat yang biasa laku dijual Rp9 ribu per kilogram sekarang hanya dibeli Rp5 ribu perkilo. Cabai yang semula bisa tembus harga Rp35 ribu sekarang tinggal Rp 16 ribu per kilogram, begitu juga dengan jenis komoditi lainnya.

Menurut Darmin, penyebab anjloknya harga sayuran ini diperkirakan karena kondisi ekonomi sekarang yang masih sulit sehingga daya beli masyarakat turun akibat pandemi COVID-19.

Jika kondisi ini tidak berubah dalam dua bulan kedepan, terang dia, diperkirakan para petani sayuran bisa mengalami bangkrut karena kehabisan modal. Harga jual dengan biaya yang dikeluarkan sejak tanam hingga panen yang telah dikeluarkan tidak bisa menutupi biaya operasional, apalagi bisa mendapatkan keuntungan.

Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Pulang Pisau Edwin Mandala dengan kondisi seperti sekarang ini pihaknya berharap agar pemerintah setempat melalui dinas terkait bisa melakukan interverensi terkait dengan anjloknya harga sayuran di pasaran.

Dikatakan Edwin pemerintah setempat agar bisa memperhitungkan dan menganalisa dengan cermat, jikalau nanti ada program pengembangan tanaman sayuran. Tanaman holtikultura atau sayuran adalah tanaman jangka pendek sehingga harusnya dicarikan solusi pangsa pasar, karena apabila pola tanam hingga kondisi tidak menjadi perhatian diinformasikan kepada petani, maka merugikan para petani di Kabupaten  Pulang Pisau. (Penulis: HERI WIDODO/ Editor: DUDENK)