Aprianitha Jaisantri. Wanita berusia 32 tahun ini merupakan pendiri sekaligus pelatih Sanggar Tari Riwut Andau di Desa Jabiren Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau.
Awal menggeluti dunia seni tari, berawal dari kegemarannya dalam menari tarian tradisional Kalimantan dan terinsipirasi dari para tokoh-tokoh seni dan budaya di kabupaten setempat, sehingga tercetus ide didalam dirinya untuk mendirikan sanggar yang diberi nama Sanggar Tari Riwut Andau.
Aprianitha menceritakan, bahwa sanggar ini sebelumnya didirikan pada tahun 2009 lalu, dan didedikasikan untuk mengembangkan seni tari tradisional Kalimantan, khususnya kepada generasi muda usia dini yang ada di kecamatan setempat. Sampai saat ini Sanggar Riwut Andau telah memiliki anak didik berjumlah sebanyak 40 orang dan dibagi menjadi dua kelas. Yakni, kelas kurik dan kelas remaja.
Untuk kelas kurik, menurut Aprianitha, dikhususkan pada anak-anak usia enam tahun ke bawah, sedangkan kelas remaja diikuti bagi yang berusia enam tahun keatas. Ia mengungkapkan pembagian menjadi dua kelas ini agar bisa memudahkan dalam memberikan meteri dasar tari, karena pembagian masing-masing kelas ini, anak didik bisa lebih mudah dalam mengenal dan memahami dasar-dasar seni tari.
Menurut Aprianitha, disanggar ini ada beberapa jenis tari tradisional yang diajarkan. Tari yang biasa dipentaskan itu, diantaranya tari bahalai, tari giring-giring, tari tapak karungut, nyanyian deder, dan tari mandau.
Dari beberapa jenis tari-tarian tersebut, untuk jenis tari yang sering dipentaskan di sanggar ini adalah tari giring-giring dan tari mandau. Tarian ini merupakan tari yang sering ditampilkan untuk menyambut para tamu dalam setiap pertemuan adat maupun acara-acara resmi lainnya.
Selain dirinya, untuk melatih tari para anak didiknya sanggar ini juga dibantu oleh salah satu guru tari lain yaitu Efrilia Wulandari. Wanita ini juga merupakan salah satu senior dari Sanggar Tari Riwut Andau di Desa Jabiren. Tokoh-tokoh kebudayaan setempat juga ikut dilibatkan untuk mengajar cara memainkan alat-alat musik tradisional. Diantaranya, alat musik kecapi, gong, kangkanung atau kenong, garantung, dan gendang.
Aprianitha menerangkan untuk menambah wawasan dan tumbuh kembang setiap anak didik mengenal tari-tarian tradisioal, sanggar ini merencanakan workshop atau pelatihan. Tujuannya adalah untuk menambah materi dan keterampilan anak didik dalam mengenal berbagai seni tari yang ada di Kabupaten Pulang Pisau.
Sekarang ini lanjut Aprianitha, akibat dampak pandemi COVID-19 pementasan dan berbagai lomba tarian tradisonal sedikit berkurang. Para anak didik di dalam sanggar tari hanya mengandalkan pementasan pada acara-acara pernikahan saja agar kesenian tari bisa terus bertahan dan berjalan.
Sejauh ini pemerintah setempat juga telah memberikan perhatian lebih terhadap keberadaan sanggar tari. Bentuk perhatian yang diberikan, salah satunya memberikan bantuan alat-alat musik tradisional yang sangat membantu anak didik dalam mengembangkan keterampilan yang dimiliki.
Dirinya juga berharap, pemerintah setempat bisa kembali melaksanakan berbagai lomba dan pementasan secara rutin sehingga bakat dan keterampilan anak didik sanggar bisa tersalurkan. Selain itu dengan banyaknya pementasan seni tari, secara tidak langsung bisa memperkenalkan potensi seni tari dan budaya yang ada di kabupaten ini kepada masyarakat luas, serta memacu generasi muda memiliki ketertarikan terhadap seni dan budaya. Terpenting lagi, seni tari tidak hilang dan lekang tergerus seiring berjalannya waktu. (Penulis: ARIEF SUSENO/ Editor: DUDENK)