Pelatih Sanggar Tari Talentasi Kecamatan Kahayan Tengah Neneng Sriani saat melatih para anak didiknya. (FOTO TRANS HAPAKAT)

TRANS HAPAKAT – Pelatih Sanggar Tari Talentasi Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau Neneng Sriani mengungkapkan untuk mempertahankan pelestarian kesenian budaya lokal agar tidak punah tergerus perkembangan zaman, salah satunya adalah terus mememberikan pembinaan dan latihan rutin sebagai cara edukasi bagi para generasi muda untuk tetap tertarik mengembangkan bakat yang dimiliki.

Neneng menjelaskan, edukasi yang dilakukan diantaranya dengan melaksanakan kegiatan pelatihan yang dibuat oleh desa melalui kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), keorganisasian Karang Taruna, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Dengan pola yang tersebut diharapkan generasi muda terbuka wawasannya, sehingga mau ikut serta dan bisa memiliki keahlian khusus di bidang kreatif melalui keberadaan sanggar.

Neneng yang juga sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD) di empat desa ini yaitu Desa Bahu Palawa, Desa Pamarunan, Desa Balukon, dan Desa Bukit Bamba ini menjelaskan hingga saat ini dari keempat desa tersebut masih belum memiliki sanggar tari. Sebagai satu cara agar kesenian budaya lokal tidak punah akibat tergerus kemajuan zaman, maka didirikanlah Sanggar Tari Talentasi sebagai tempat anak muda di desa berlatih.

Ia mengungkapkan, sanggar tari ini didirikan pada tahun 2005 lalu untuk melatih para anak muda dari empat desa tersebut. Untuk tari yang diajarkan seperti, tari mandau, karungut, tari tapak, dan tari tradisional lokal lainnya.

Selama proses berdirinya Sanggar Tari Talentasi, sudah ada prestasi yang telah diraih dari berbagai jenis pementasan. Prestasi yang terakhir diraih yaitu di Festival Isen Mulang pada tahun 2017 dan menjadi salah satu perwakilan Kabupaten Pulang Pisau untuk tampil pentas di Jakarta.

Untuk bisa tetap bertahan, terang Neneng, Sanggar Tari Talentasi terus berupaya melakukan latihan secara rutin, tujuannya agar tidak kehilangan minat para anak muda untuk mencintai kebudayaan local, meskipun masih ada kendala yang dihadapi seperti keterbatasan dana dari keempat desa tersebut untuk memfasilitasi sanggar tari.

Neneng berharap, semoga dari keempat desa yang ditanganinya ini, anak-anak muda memiliki keahlian sehingga mereka bisa menjadi pemuda yang mau melestarikan kesenian budaya daerah. Selain itu dari setiap desa juga bisa mendirikan sanggar tari secara mandiri.

Kepala Desa (Kades) Bahu Palawa Fordecun mengatakan melihat banyaknya potensi dan bakat anak muda yang ada di desa setempat, dirinya berencana memfasilitasi para talenta seni dengan membentuk sanggar seni.

Menurutnya, warga Desa Bahu Palawa memiliki kecintaan terhadap budaya lokal. Untuk itu perlu ada dukungan dari pemerintah desa setempat, dengan harapan agar kesenian budaya lokal bisa tetap dilestarikan. Selain itu, bisa membukakan jalan dan ruang bagi para anak muda untuk terus berkarya diberbagai pementasan. (Penuli: ARIEF SUSENO/ Editor: DUDENK)