Perayaan Tahun Baru Imlek juga dilaksanakan oleh etnis Tionghoa-Indonesia sejak beratus-ratus tahun kedatangan mereka di Nusantara. Hari libur Imlek 2022 berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri Nomor 3 dan 4 Tahun 2021 disebutkan bahwa hari libur nasional Imlek 2022 jatuh pada tanggal 1 Februari 2022.
Dilansir dari wikipedia.org dan berbagai sumber lain, berbagai kelompok bahasa dan budaya Tionghoa mempunyai praktik perayaan yang berbeda-beda antara satu sama lainnya. Kelompok mayoritas Tionghoa-Indonesia adalah Hokkien, maka perayaan yang bercirikhas dari kelompok inilah yang paling dominan terlihat di Indonesia.
Biasanya, perayaan tahun baru Imlek berlangsung sampai 15 hari. Satu hari sebelum atau pada saat hari raya Imlek, bagi warga Indonesia keturunan Tionghoa adalah suatu keharusan untuk melaksanakan pemujaan kepada leluhur, seperti dalam upacara kematian, memelihara meja abu atau lingwei (lembar papan kayu bertuliskan nama almarhum leluhur), bersembahyang leluhur seperti yang dilakukan pada hari Ceng Beng (hari khusus untuk berziarah dan membersihkan kuburan leluhur).
Di Indonesia, selama tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru dibawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967.
Perayaan pergantian tahun berdasar sistem lunisolar ini selalu semarak dirayakan, tak terkecuali di Indonesia. Walau awal mulanya Imlek hanya dirayakan oleh orang China, lambat laun tradisi ini mulai diakulturasi dan bisa diterima oleh banyak orang. Di China, warga setempat tidak mengenal kata Imlek. Istilah ini hanya digunakan orang Tionghoa di Indonesia yang diambil dari bahasa Hokkian.
Imlek di negara asalnya disebut sebagai Chun Jié dalam aksara sederhana yang berarti Festival Musim Semi. Pada tahun 2022 ini, shio yang menjadi andalan adalah Macan Air. Shio ini dipercaya mendatangkan kekuatan, keberanian, dan ketangguhan dalam menghadapi kesulitan.
Asal-usul Imlek merupakan perayaan Tahun Baru yang biasa dirayakan orang-orang di kawasan Asia. Mulai dari Tibet, Taiwan, Korea, Vietnam, serta negara dengan penduduk berbahasa China seperti Singapura, dan Malaysia tak mau melewatkan momen penting ini.
Imlek menurut sejarah sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini bermula ketika orang China kuno berkumpul untuk merayakan masa akhir panen. Tetapi, catatan pertama perayaan Imlek dikatakan berasal dari periode Negara-Negara Berperang. Ini terjadi ketika Dinasti Zhou akan runtuh. Dinasti yang berbeda kemudian melakukan praktik dan ritual yang berbeda pula. Seperti ritual pembersihan rumah secara menyeluruh (Qin), pemujaan leluhur (Han), makan dan minum sepanjang malam (Jin), memberikan uang kepada anak-anak (Song), dan makan pangsit (Ming).
LEGENDA NIAN
Menurut cerita rakyat kuno, ada binatang mengerikan yang disebut “Nian”, yang selalu menakut-nakuti penduduk desa ketika Imlek. Binatang ini dipercaya memiliki kepala seperti singa tetapi memiliki tanduk tajam yang digunakan untuk menyerang mangsa. Nian hidup di hutan belantara, bawah laut, atau, pegunungan.
Nian yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak, dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa dengan melakukan hal itu, maka Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil panen.
Pada suatu waktu, penduduk melihat Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh Hongjun Laozu, dewa Taoisme dalam kisah Fengsheng Yanyi, dan dijadikan kendaraan Honjun Laozu. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu.
Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan tahun baru. Guò nián yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”. Mitos tentang Nian juga dapat ditemukan dalam buku Jingchu Sui Shi. (ADMIN TRANS HAPAKAT)