TRANS HAPAKAT – Arul laki-laki berusia 25 tahun warga Desa Garung Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau ini, telah lama memiliki ketertarikan belajar membuat perahu sebagai alternatif untuk mengasah kreativitas.
Arul menjelaskan, tujuan belajar membuat perahu dilakukannya untuk menggali keterampilan dan bisa mengisi waktu kosong dengan hal yang positif. Apalagi ditengah kemajuan teknologi sekarang ini, jarang sekali anak muda yang mau belajar membuat perahu.
Menurut Arul, dengan bisa membuat atau memperbaiki perahu sendiri, merupakan modal awal untuk bisa mengembangkan usahanya dikemudian hari. Apalagi, perahu merupakan alat transportasi yang sering digunakan sehari-hari untuk beraktivitas oleh masyarakat sekitar, tidak terkecuali dirinya.
Desa Garung merupakan jalur pintu masuk menuju tempat destinasi pariwisata Taman Nasional Sebangau (TNS) yang hanya bisa ditempuh melalui jalur sungai. Perahu-perahu di Desa Garung sering digunakan untuk mengantarkan tamu berkunjung ke TNS.
Arul mengatakan, perahu ukuran besar saja harganya cukup lumayan mahal sekitar Rp 15 juta dan itu belum dengan mesinnya. Harga semahal itu tentunya sangat berat, sedangkan penghasilan yang didapat untuk kehidupan sehari-hari masih mengandalkan menjual kayu galam.
Untuk bisa membuat perahu sendiri tentunya sangat menguntungkan, meskipun sedikit rumit dan harus memakan waktu lama dalam menyelesaikan proses pembuatan satu perahu. Diperlukan kesabaran dan ketekunan untuk belajar dan membuat perahu.
Dirinya mengatakan, untuk bahan pembuatan perahu kayu yang biasa digunakan menggunakan kayu blangiran, karena kayu ini cukup kuat dan bisa bertahan lama dalam air. Jika menggunakan kayu jenis lainnya juga bisa, namun dari segi kualitas masih kurang baik.
Meskipun saat ini perahu yang dibuatnya hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti mengangkut kayu galam dari hutan, dirinya tidak menolak apabila ada orang yang mau memesan dibuatkan perahu. Arul berharap, apa yang selama ini dipelajari, kedepan bisa dikembangkan menjadi peluang usaha. (Penulis: ARIEF SUSENO/ Editor: DUDENK)